Kamis, 05 Agustus 2010

Petaka Birahi Ikan Tuna

RISET BUDIDAYA KELAUTAN

Kamis, 5 Agustus 2010 | 04:22 WIB

Petaka birahi ikan tuna menjadi salah satu bagian tersulit untuk diatasi dalam program riset budidaya ikan konsumsi paling bernilai ekonomi ini. Sepasang tuna yang birahi senantiasa kejar-kejaran dan kerap berubah menjadi petaka ketika menabrak dinding bak beton hingga mati.

Kesulitan itulah yang dihadapi Balai Riset Perikanan Budidaya Laut pada Kementerian Kelautan dan Perikanan di Pantai Gondol, Buleleng, Bali.

Sejak 2003, para periset di balai tersebut mengadakan riset pembenihan ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares).

”Pembenihan ikan tuna sangat penting karena eksploitasinya berlebihan. Ini terlihat dari bobot tangkapan ikan tuna yang semakin merosot,” kata Kepala Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut I Nyoman Adiasmara Giri, Kamis (22/7).

Giri ketika itu menerima kunjungan sejumlah wartawan yang sedang meliput rangkaian konferensi Asosiasi Biologi Tropika dan Konservasi (ATBC) di Bali, 20-23 Juli 2010. Giri menunjukkan salah satu kegiatan riset pembenihan ikan tuna.

Sebanyak 30 ikan tuna dengan bobot sampai 70 kilogram dan berusia sekitar tiga tahun ditampung di bak beton berbentuk silinder.

Volume bak air laut itu sekitar 1.500 meter kubik, berdiameter 12 meter dengan kedalaman 8 meter.
Bangunan itu hibah dari Jepang dalam program Overseas Fishery Cooperation Foundation (OFCF) 2001-2005. Menurut peneliti senior Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gede Suwarthama Sumiarsa, Jepang memulai riset budidaya ikan tuna sejak 40 tahun lalu.

Kamis, 24 Juni 2010

Kapal Sitaan Teronggok Menunggu Rusak

KOMPAS/A HANDOKO
Kapal Vietnam yang digunakan untuk mencuri ikan di perairan Indonesia, yakni di sekitar Kepulauan Karimata, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, ditangkap petugas dan ditarik ke Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak, Sabtu (29/5). Pencurian ikan di perairan Indonesia menunjukkan bahwa nelayan Vietnam semakin nekat. Mereka sebelumnya hanya berani mencuri di zona ekonomi eksklusif atau teritorial.


Kamis, 24 Juni 2010 | 04:44 WIB



Genderang perang terhadap nelayan-nelayan asing, penjarah kekayaan laut Indonesia, setiap tahun menghasilkan sekitar 250 kapal rampasan. Sayang, kapal sitaan dengan berbagai ukuran dan teknologi itu lebih banyak teronggok dimakan karat dan menunggu rusak.

Tak sulit mengenali kapal-kapal sitaan itu, yang sebagian berada di Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Pontianak, di pinggir Sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Kapal yang pernah pongah mencuri ratusan ton ikan di perairan Indonesia dan mengirimkannya ke negara-negara asal nelayan tersebut kini sudah hilang kegagahannya.

Di Stasiun Pengawasan PSDKP ada sekitar 40 kapal sitaan, mulai dari kapal kayu berbobot mati 30 gross ton (GT) hingga kapal besi berbobot mati 300 GT. Sebagian besar dilengkapi alat tangkap pukat.

Kapal-kapal kayu umumnya merupakan rampasan dari nelayan Vietnam, Thailand, dan Malaysia, sedangkan kapal besi umumnya rampasan dari nelayan China.

Jumat, 18 Juni 2010

"Harta" Itu Bernama Kerapu

Jumat, 18 Juni 2010 | 04:12 WIB


Indonesia boleh berbangga. Kekayaan biota laut perairan kita ibarat ”surga” yang kerap membuat iri negara lain. Adalah kerapu (Epinephelinae) salah satu komoditas unggulan yang sukses diternakkan di Tanah Air dan banyak diburu negara lain.

Seorang pengusaha ikan kawakan pernah menuturkan, perairan Indonesia terpengaruh oleh dua musim subur bagi perkembangbiakan ikan-ikan laut. Hanya saja potensi itu belum diperhatikan, termasuk oleh negara.
Saat ini pasar ikan kerapu tidak terdengar gaungnya di dalam negeri sebab sebagian besar produknya ”dilarikan” ke luar negeri. Harga ikan dengan ciri tutul-tutul atau belang-belang di tubuhnya ini mencapai Rp 500.000 per kilogram.

Sebagai ilustrasi, harga ekspor kerapu bebek saat ini 50 dollar AS (sekitar Rp 465.000) per kg, kerapu macan 11 dollar AS per kg, dan kerapu lumpur 10 dollar AS per kg. Ukuran kerapu yang diekspor minimal 500 gram per ekor.

Bangun Sitepu, pembudidaya kerapu di Lampung Barat, menuturkan, ekspor kerapu ke Asia terus naik seiring tingginya minat penduduk Asia Timur mengonsumsi kerapu. Apalagi tidak banyak negara di Asia mampu membudidayakan kerapu di wilayah perairannya.

Beberapa jenis kerapu yang sukses dibudidayakan di Tanah Air meliputi kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang harga jualnya tinggi. Selain budidaya, produksi kerapu juga diperoleh dari penangkaran hasil tangkapan alam, di antaranya kerapu sunu (Plectropomus spp) dan kerapu lumpur (Epinephelus suillus).

Sitepu menuturkan, banyak pembudidaya kerapu asal Thailand, Malaysia, Hongkong, dan China membeli benih kerapu bebek dari Indonesia untuk dikembangbiakkan. Namun, upaya pemijahan itu kerap gagal.

”Sudah 10 tahun terakhir pembudidaya kerapu luar negeri membeli benih kerapu bebek untuk dibudidayakan, tetapi hasilnya sulit karena kerapu bebek dan macan ternyata lebih cocok berkembang biak di perairan Indonesia,” ujar Sitepu, yang juga Ketua Forum Komunikasi Kerapu Lampung.

Jumat, 11 Juni 2010

Presiden Diharapkan Tiru Langkah Obama

Fadel Muhammad: Pencemaran Sudah Tak Terpantau Satelit
Jumat, 11 Juni 2010 | 05:42 WIB


Kupang, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, selaku kepala negara, diharapkan lebih cepat menangani kasus pencemaran di Laut Timor, seperti yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Barack Obama saat menangani kasus pencemaran di Teluk Meksiko.

Sekjen Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Damanik M Riza menyampaikan pernyataan itu, Kamis (10/6), mengingat dalam 10 bulan ini belum ada tindakan berarti dari Pemerintah RI untuk mengatasi persoalan ini. ”Nota protes perlu segera dikeluarkan, sekaligus menagih tanggung jawab Australia dan perusahaan kilang itu,” kata Damanik.

Pencemaran di Laut Timor terjadi akibat ledakan kilang minyak Montara, Australia, 21 Agustus 2009. Berdasarkan catatan Kiara, sejak terjadi ledakan itu setiap hari kilang tersebut memuntahkan 500.000 liter minyak ke perairan laut yang mengancam 17.000 masyarakat pesisir Pulau Timor. ”Sangat tidak fair, Montara memberikan kompensasi kepada nelayan Australia Barat, tapi tidak melakukan hal serupa terhadap nelayan Indonesia,” tambah Damanik

Pantauan Kompas, banyak nelayan maupun pembudidaya rumput laut terkena dampak pencemaran itu. Perkampungan nelayan Tablolong, sekitar 35 kilometer barat Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), misalnya, mengaku jenis ikan pasir atau dasar laut dangkal, yang lazim disebut ikan ndusu, setahun belakangan ini menghilang dari perairan sekitar Pantai Tablolong. Pada saat bersamaan, hasil tangkapan nelayan dan petani rumput laut merosot tajam.

Rabu, 09 Juni 2010

Minapolitan Tuna Terganjal Kendala

Rabu, 9 Juni 2010 | 04:22 WIB

Pacitan, Kompas - Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengembangkan kawasan minapolitan tuna di Pacitan, Jawa Timur. Namun, hanya satu pelabuhan perikanan dari total 17 pelabuhan di Pacitan yang dikembangkan untuk tuna.

Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad di Pacitan, Selasa (8/6), mengemukakan, pihaknya akan intervensi untuk mendorong Pacitan menjadi kawasan minapolitan melalui koordinasi dengan lintas kementerian.

Selasa, 04 Mei 2010

Disney Nature 2010 : Oceans

Hari Bumi tahun 2010, perusahaan film kartun Disney kembali meluncurkan karya terbaiknya tentang alam yang diberi judul 'Oceans'. Film ini bisa dikatakan sebagai serial lanjutan dari film disney nature sebelumnya, Earth, yang diluncurkan pada hari Bumi tahun 2009. Oceans bercerita tentang betapa indahnya dunia dibawah air dan segala sesuatu yang ada di lautan lepas.


Film ini disutradarai oleh Jacques Perrin dan Jacques Cluzaud. Mereka berdua berkeliling ke seluruh lautan dunia untuk menyibak misteri yang terjadi di bawah laut. Kamera berteknologi tinggi pun digunakan untuk mengambil gambar - gambar luar biasa tentang kehidupan di bawah laut.
Mari kita saksikan trailernya berikut ini...

Kamis, 29 April 2010

Lagu 'Pak Nelayan'

Tak kan ada ikan gurih di meja makan
Tanpa ada jerih-payah nelayan
Daging ikan sumber gizi bermutu tinggi
Diperlukan semua manusia

Tiap malam mengembara di lautan
Ombak badai menghadang dan menerjang
Pak nelayan tak gentar dalam darmanya
Demi kita yang membutuhkan pangan
Terima kasih pak nelayan

Sebuah lagu yang dipersembahkan khusus untuk para nelayan di seluruh nusantara. Lagu yang singkat namun penuh makna, menggambarkan perjuangan seorang nelayan demi kebutuhan kita.

Di era '90an , lagu ini sering sekali diputar di stasiun TV nasional kebanggaan bangsa, TVRI. Lagu ini saya dengar sejak saya masih kecil. Lagu ini pula yang membangkitkan kecintaan saya terhadap dunia perikanan. Sampai saat ini saya tidak tahu siapa pencipta lagu ini. Bahkan saya tidak menemukan lagu ini dalam bentuk file audio digital (.mp3). Apabila ada diantara pembaca yang mengetahuinya, mohon beritahu saya via komentar anda. Terima kasih...

Rabu, 28 April 2010

Ayo, Gemar Makan Ikan!

Dalam dunia ekonomi, selalu ada hukum permintaan dan penawaran barang. Apabila permintaan tinggi dan hanya mampu disupply dengan penawaran yang sedikit, maka harga barang akan melambung. Hal sebaliknya terjadi, permintaan yang rendah dengan supply yang tinggi akan menyebabkan turunnya harga di pasaran. Dunia perikanan pun juga akan bermuara kepada hukum ekonomi di atas. Jumlah permintaan akan daging ikan yang rendah di pasaran tentunya akan berdampak pada rendahnya harga ikan di pasar.
 
Melalui polling terbuka di blog ini selama satu bulan diketahui bahwa konsumsi ikan pembaca  masih terlihat kurang. Dari 12 orang responden yang mengikuti polling, hanya sekitar 3 orang pembaca yang mengkonsumsi ikan lebih dari tujuh kali dalam seminggu. Ini berarti hanya sekitar 25 % dari jumlah keseluruhan peserta survey. Walaupun jajak pendapat ini tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dan tidak bisa dijadikan bahan acuan secara faktual, akan tetapi bisa jadi ini gambaran umum para bagi pembaca sekalian.

Kalau kita jadikan hasil survey sebagai bahan acuan sementara tulisan ini, maka dapat diasumsikan bahwa permintaan masyarakat akan daging ikan masih rendah. Terbukti dari polling, dimana para pembaca yang melakukan jajak pendapat lebih banyak mengkonsumsi ikan kurang dari 3 kali dalam sepekan. Entah faktor apa yang mempengaruhi minimnya tingkat konsumsi ikan di masyarakat.

Selasa, 13 April 2010

Nelayan Tuntut Permudah Izin Kapal

KOMPAS/ALBERTUS HENDRIYO WIDI
Ratusan nelayan Kabupaten Pati, Jawa Tengah, berunjuk rasa di depan Kantor Bupati dan DPRD Pati, Senin (12/4). Mereka menuntut revisi Undang- Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan karena merugikan nelayan.

Undang-Undang Perikanan Sepatutnya Segera Direvisi
Selasa, 13 April 2010 | 04:28 WIB

Tegal, Kompas - Sekitar 1.000 nelayan di Kota Tegal, Jawa Tengah, berunjuk rasa di halaman Gedung DPRD Kota Tegal, Senin (12/4). Mereka meminta pemerintah mempermudah proses perizinan kapal, menambah alokasi solar bersubsidi, dan menghapus pungutan hasil perikanan.

Saat berunjuk rasa, nelayan memblokir jalur pantai utara (pantura)—di ruas Jalan Gajah Mada, Kota Tegal—sekitar lima menit. Aksi itu membuat arus lalu lintas tersendat. Nelayan mengaku kecewa karena hingga pukul 11.30 WIB belum juga ditemui oleh satu pun anggota DPRD.
Arus lalu lintas kembali normal setelah polisi berhasil membujuk pengunjuk rasa kembali masuk ke halaman Gedung DPRD.

Ketua Paguyuban Nelayan Kota Tegal Eko Susanto mengatakan, nelayan meminta agar pemerintah membuka kembali izin kapal cantrang di bawah 30 gross ton. Saat ini sekitar 600 kapal, dengan 6.000 nelayan di Tegal, beroperasi dengan kapal jenis itu.

”Karena pemerintah tidak lagi mengeluarkan izin untuk kapal cantrang, sebagian nelayan terpaksa berlayar dengan izin berbeda. Akibatnya, mereka sering ditangkap saat ada razia,” kata Eko.

Selasa, 06 April 2010

HARI NELAYAN: Minapolitan dan Nasib Nelayan

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Nelayan merapikan jaring mereka sebelum berangkat mencari ikan di Pelabuhan Tempat Pelelangan Ikan Muara Angke, Jakarta Utara. Hari Nelayan Indonesia yang diperingati tanggal 6 April seperti menguak riwayat "urat nadi" negeri bahari ini. Belenggu kemiskinan dan keterbelakangan masih sulit beranjak dari kehidupan nelayan.
 
 
Selasa, 6 April 2010 | 04:06 WIB
Hari Nelayan Indonesia yang diperingati hari ini, 6 April, bagai menguak riwayat ”urat nadi” negeri bahari ini. Belenggu kemiskinan dan keterbelakangan hingga kini belum beranjak dari kehidupan nelayan. Ketidakpastian penghidupan membuat sebagian nelayan kecil beralih profesi ke sektor informal. 

Berdasarkan data Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), tahun 2003-2008, sekitar 1,2 juta nelayan tangkap sudah meninggalkan laut. Sebagian dari mereka beralih profesi ke sektor informal di luar perikanan tangkap, misalnya menjadi buruh bangunan, buruh pabrik, atau tukang ojek.

Keterbatasan bahan bakar minyak, jeratan utang ke tengkulak, permainan harga jual ikan, dan terbatasnya daya serap industri pengolahan ikan menjadi persoalan klasik yang mendera nelayan hingga hari ini.

Kasus penangkapan ikan ilegal di perairan Indonesia oleh nelayan asing, penangkapan ikan dengan alat tangkap yang merusak lingkungan, dan penangkapan ikan yang tidak dilaporkan adalah lingkaran setan yang menggerogoti daya saing nelayan kecil dan tradisional.

Di sisi lain, ratusan nelayan asal Indonesia ditangkap oleh otoritas keamanan Australia karena dianggap memasuki perairan Australia.

Jumat, 26 Maret 2010

SPB Resahkan Pelaut

KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ
Abullah Sani Tanjung (39) memperbaiki jaring sebelum pergi melaut di Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara, Kamis (25/3). Para pelaut di Belawan mengeluhkan izin ganda yang harus mereka urus sebelum melaut. Mereka mendesak agar cukup dengan satu surat izin.

Kapal yang Hanya Memiliki Surat Izin Berlayar Ditangkap
Jumat, 26 Maret 2010 | 02:36 WIB


Medan, Kompas - Para pelaut dan pemilik kapal di Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara, mengeluhkan kewajiban memiliki surat izin baru pelayaran karena ada dualisme kewenangan. Dualisme tersebut membuat para pelaut dan pemilik kapal di Sumatera Utara bingung.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Perikanan Gabion Belawan (AP2GB) RB Sihombing menjelaskan, pada Januari 2010 sudah ada keputusan bahwa kapal yang hendak melaut cukup mengantongi surat izin berlayar (SIB) dari Kesyahbandaran Perikanan Belawan (KPB). KPB bernaung di bawah Kementerian Perikanan.

Akan tetapi, sejak 11 Februari 2010 muncul kebijakan baru yang mewajibkan kapal yang hendak berlayar harus memiliki surat persetujuan berlayar (SPB). SPB tersebut diterbitkan oleh Kesyahbandaran Kantor Administratur Pelabuhan (Adpel) Utama Belawan yang di bawah naungan Kementerian Perhubungan.

Senin, 22 Maret 2010

SDA: Rumitnya "Pengaplingan" Laut


KOMPAS/ARUM TRESNANINGTYAS
Sumber daya laut mestinya bisa menyejahterakan nelayan. Namun, keruwetan dan tumpang tindih pengelolaan laut menyebabkan konservasi laut diabaikan dan nelayan pun tak kunjung sejahtera, seperti nelayan di Pelabuhan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, ini, Minggu (21/3).

Senin, 22 Maret 2010 | 04:06 WIB
Sejak Garret Hardin (1968) menerbitkan artikelnya, ”The tragedy of the commons”, masalah penguasaan dan pemilikan menjadi salah satu isu utama dalam wacana pengelolaan sumber daya alam, termasuk laut.

Dalam konteks ini, Hardin mengatakan bahwa sumber daya alam yang tidak menjadi obyek kepemilikan yang juga berarti milik semua orang (the commons) cenderung akan mengalami kehancuran yang diakibatkan oleh eksploitasi yang berlebih. Menurut dia, hal ini karena (1) the commons menciptakan akses terbuka (free for all), dan (2) dalam kondisi akses terbuka, tidak ada insentif untuk konservasi karena tidak ada jaminan jika seseorang berhenti melakukan eksploitasi, orang lain akan melakukan hal yang sama, malah sebaliknya (3) semua orang, secara individu, akan berlomba-lomba untuk mengeksploitasi sumber daya itu sebanyak-banyaknya. Kehancuran adalah akhir dari realitas ini, itulah yang disebutnya sebagai the tragedy of the commons.


Meskipun banyak ahli tidak sependapat sepenuhnya terhadap teori Hardin, argumen bahwa syarat dari pengelolaan sumber daya alam yang baik adalah adanya konsep penguasaan terhadap wilayah, yang jelas batas-batasnya, merupakan argumen yang tidak terbantahkan sampai saat ini.

Kamis, 18 Maret 2010

Mengurai benang kusut dunia kita...

Indonesia merupakan Negara Kepulauan, ini adalah fakta yang tak terbantahkan lagi. Tentunya tak hanya sekedar pulaunya yang indah, akan tetapi Indonesia juga memiliki sumberdaya hayati di dalam laut yang sangat berlimpah. Kekayaan sumberdaya alam yang belum sepenuhnya tergali dan termanfaatkan oleh bangsa kita sendiri.

Beragam cara dan program telah dilakukan oleh pemerintah, terutama sejak dibentuknya satu Departemen khusus yang dipimpin oleh seorang Menteri untuk mengurusi bidang perikanan dan kelautan. Tujuan utamanya salah satunya adalah menambah pendapatan negara dari sektor kelauatan dan perikanan. Entah itu perikanan budidaya ataupun perikanan tangkap. Baik itu pengolahan biota laut ataupun mengembangkan riset tentang dunia kelautan. Akan tetapi, sepertinya belum ada satu langkah pun yang dilakukan pemerintah yang terlihat secara signifikan dapat meningkatkan produksi perikanan dan menaikan taraf hidup para nelayan.

Apa saja penyebabnya?

Rabu, 17 Maret 2010

Budidaya Ikan Belum Berkembang

KOMPAS/EDDY HASBY
Petani ikan di Desa Petaling, Kecamatan Lais, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Jumat ( 1 2/3 ), memberikan pakan ikan ke dalam keramba. Petani di sini membudidayakan ikan patin, toman, dan nila.
JELAJAH MUSI 2010
Rabu, 17 Maret 2010 | 03:41 WIB
Oleh Helena F Nababan dan Jannes Eudes Wawa
Sungai sesungguhnya sangat kaya dengan sumber daya ikan. Ikan-ikan hias berharga mahal, seperti arwana merah dan koi, berasal dari perairan umum. Itu sebabnya, usaha budidaya ikan di sungai dan danau sangat dianjurkan guna meningkatkan pendapatan masyarakat.

Akan tetapi, di Sungai Musi usaha budidaya belum berkembang optimal. Dalam perjalanan tim Jelajah Musi 2010 mulai dari hulu hingga hilir sejauh sekitar 640 kilometer jarang ditemukan usaha budidaya perikanan. Usaha budidaya tersebut banyak ditemukan mulai dari Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin, hingga menjelang Kota Palembang. Namun, kegiatannya selalu berskala kecil dan cuma menjadi usaha sampingan warga setempat.

Budidaya ikan dalam keramba dilakukan pula oleh sejumlah warga Desa Petaling, Kecamatan Lais, Kabupaten Musi Banyuasin. Warga membuat keramba di tepian Sungai Batanghari Leko, tidak jauh dari muara. Para peternak ikan itu memanfaatkan kondisi air sungai yang tidak sekeruh Sungai Musi, umumnya dengan beternak ikan patin. Sungai Batanghari Leko adalah salah satu dari delapan anak sungai besar (sub-DAS) Musi.

Rabu, 10 Maret 2010

The Cove

Film adalah film dokumenter buatan Amerika, yang diproduksi tahun 2009. Film ini mengisahkan tentang perburuan dan pembunuhan lumba-lumba setiap tahunnya di Taman Nasional di Taiji, Wakayama, Jepang.

Film ini disutradarai oleh Louie Psihoyos, seorang mantan fotografer National Geographic. Ia menggunakan mikrofon dan kamera high-definition yang disamarkan sebagai batu karang serta dipasang secara diam-diam selama tahun 2007.

Bintang utama film ini adalah Ric O’Barry, seorang mantan angkatan laut yang kemudian bekerja melatih lumba-lumba yang digunakan untuk serial TV Flipper. Ia bertemu pertama kali dengan Psihoyos di sebuah acara konferensi kelautan, dimana O’Barry diagendakan menjadi seorang pembicara utama.

Sertifikasi Tak Naikkan Harga

Rabu, 10 Maret 2010 | 03:46 WIB

Jakarta, KOMPAS - Pelaku budidaya udang wajib penuhi standardisasi internasional. Kewajiban itu semakin kuat seiring keputusan Aquaculture Stewardship Council membentuk lembaga sertifikasi udang tahun 2011.

Aquaculture Stewardship Council (ASC) di Jakarta, 9-11 Maret, menyusun finalisasi standardisasi budidaya dengan melibatkan negara produsen, pelaku bisnis, dan ilmuwan.

Fisheries Program Leader Word Wild Fund Indonesia Imam Musthofa menjelaskan, prinsip standardisasi antara lain budidaya ramah lingkungan, perlindungan pekerja, pengelolaan kesehatan udang, pengelolaan stok indukan, dan penyakit.

Menurut Ketua Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu PT Aruna Wijaya Sakti Nafian Faiz, sertifikasi udang tak memberikan imbal balik pada peningkatan kesejahteraan petambak. Harga udang petambak tetap rendah meski memenuhi persyaratan.

Direktur Perbenihan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Ketut Sugama mengakui, standardisasi yang digulirkan ASC sulit diterapkan sepenuhnya di Indonesia. Ini karena petambak udang nasional didominasi oleh petambak rakyat dengan lahan sempit dan teknologi sederhana.

”Pemerintah berupaya meminta kelonggaran waktu pelaksanaan sertifikasi bagi petambak kecil,” ujar Ketut.

Ketua Shrimp Club Indonesia Iwan Sutanto mengingatkan pemerintah untuk melindungi petambak kecil agar tidak terlibas persaingan pasar. Indonesia telah menerapkan standardisasi dan sertifikasi budidaya udang yang mengacu standar internasional. Namun, sertifikasi itu belum mendunia. (ROW/LKT)

sumber: KOMPAS

Senin, 08 Maret 2010

DEEP INDONESIA 2010


Kerjasama yang kedua kalinya antara EXTREME dan DEEP Indonesia 2010 akan dilaksanakan pada Maret, 12 - 14, 2010 di Hall B, Jakarta Convention Center. EXTREME dan DEEP Indonesia akan terus tumbuh berkembang menjadi pameran gabungan yang sukses di Indonesia, ni didasarkan pada wilayah yang besar dan pasar yang terus berkembang untuk kegiatan menyelam, olahraga air, olahraga ekstrim, eko wisata dan industri biro perjalanan petualangan.

Jumat, 05 Maret 2010

Pesawat Cardig Air Ekspor Ikan Tuna

Jumat, 5 Maret 2010 | 04:04 WIB

Padang, Kompas - Potensi ekspor tuna segar melalui sarana kargo di Padang, Sumatera Barat, tergolong besar. Sejak April 2009, pesawat kargo Cardig Air telah mengekspor tuna segar ke Jepang hingga 408.000 kilogram.

CEO PT Cardig Air Boyke Soebroto di Padang, Rabu (3/3), mengemukakan, potensi ekspor tuna dari Padang terhitung potensial karena waktu tempuh dari pabrik pengolahan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus ke Bandar Udara Minangkabau hanya satu jam.

”Sarana infrastruktur transportasi di Padang tergolong memadai. Ini mendorong ekspor langsung tuna segar ke negara tujuan,” ujarnya.

Kamis, 04 Maret 2010

Udang Jerbung

Udang yang satu ini namanya memang tidak terlalu familiar terdengar oleh telinga kita. Udang ini merupakan salah satu spesies dari famili Penaeidae. Udang Jerbung (Penaeus Merguiensis) merupakan kekayaan alam hayati yang tersebar luas hampir di seluruh Indonesia. Udang jerbung atau udang putih bahkan sangat terkenal di mancanegara dengan nama lokal masing - masing, seperti: Australia (Banana Prawn/White Prawn), Jepang (Tenjikuebi/Banana Ebi), Malaysia (Udang kaki merah/Udang pasir), Pakistan (Jaira), Philippines (Hipon buti), Thailand (Kung chaebauy).

Rabu, 03 Maret 2010

Terumbu Karang di Babel Hancur

Rabu, 3 Maret 2010 | 02:38 WIB

Pangkal pinang, Kompas - Aktivitas penambangan timah di daerah pantai dan laut yang semakin tinggi telah memperparah kerusakan terumbu karang dan mengurangkan sumber daya ikan di perairan Bangka Belitung. Saat ini 45 kapal pengisap dan kapal keruk yang beroperasi di perairan itu bekerja sama dengan PT Timah Tbk.

Hal itu dikatakan Koordinator Wahana Lingkungan Hidup Bangka Belitung Yudho H Marhoed di Pangkal Pinang, Selasa (2/3). ”Kapal isap dalam dua tahun belakangan terus bertambah. Akibatnya, hasil tangkapan 16.920 nelayan tradisional Babel yang menggunakan 7.846 kapal motor semakin menurun karena kerusakan terumbu karang dan pencemaran air laut bertambah parah,” katanya.

Ke-45 kapal isap dan kapal keruk beroperasi di perairan Kabupaten Bangka, Bangka Selatan, dan Bangka Barat. Sekitar 26 kapal isap milik swasta, yang bermitra dengan PT Timah Tbk, direncanakan akan ditambah lagi 14 kapal isap dan 5 kapal keruk di perairan itu.

Selasa, 02 Maret 2010

Bertemu Napoleon di Bawah Laut Ambon

KOMPAS/A PONCO ANGGORO
Kapal cepat bersiap-siap mengangkut sejumlah penyelam ke lokasi penyelaman di perairan sekitar Ambon, Maluku, Jumat (26/2). Kapal bersandar di Pantai Santai di Kecamatan Nusaniwe, Ambon. Tak hanya pantai-pantainya yang indah di Ambon, biota bawah laut perairan di sekitar kota itu pun menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal dan asing.

Selasa, 2 Maret 2010 | 04:01 WIB

oleh: A Ponco Anggoro

"Ambon Manise”. Ungkapan itu tidak hanya mencerminkan keindahan Maluku di daratan, tetapi juga di lautan. Keindahan, keragaman, dan kesuburan biota lautnya sungguh menakjubkan.

Bukan suatu yang mengherankan jika semakin banyak orang yang hobi menyelam di Ambon.

Ini merupakan kali kedua Nahoya Mitsui, ekspatriat di Jakarta asal Jepang, datang ke Ambon. Kenangan indah akan kunjungannya yang pertama, November 2009, mendorong dia datang kembali ke Ambon akhir Februari lalu.

Kenangan indah itu sama sekali bukan terkait fasilitas hotel bintang yang serba wah, melainkan lebih karena biota laut di bawah permukaan laut di perairan sekitar Ambon.

Senin, 01 Maret 2010

Nelayan dan Lautnya

KOMPAS/ANDY RIZA HIDAYAT
Dua dari lima kapal ikan Malaysia yang ditangkap petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan di 30 mil laut, utara Belawan, Medan, Senin (18/1).

Senin, 1 Maret 2010 | 05:23 WIB

oleh: Andy Riza Hidayat

Tapal batas laut selalu menyulitkan nelayan Sumatera Utara selama puluhan tahun. Aparat keamanan negara tetangga bertindak tanpa kompromi. Mereka menghalau nelayan yang diduga masuk wilayahnya. Kadang hal itu dilakukan dengan menggunakan peluru tajam.

Padahal, nelayan yakin mereka masih berada di wilayah laut Indonesia. Sayangnya, argumentasi nelayan lemah lantaran tidak memiliki pengetahuan tapal batas yang cukup. Apalagi mereka tidak mempunyai sarana untuk mengidentifikasi wilayah dengan akurat.

Kamis, 25 Februari 2010

PPN Perikanan Perlu Dievaluasi

Kamis, 25 Februari 2010 | 03:46 WIB

Jakarta, KOMPAS - Pemerintah didesak untuk mengkaji ulang pemberlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas produk perikanan.

Pemberlakukan PPN itu dikhawatirkan akan membebani biaya produksi sehingga pelaku usaha kesulitan meningkatkan daya saing.

Ketua Shrimp Club Indonesia Iwan Sutanto di Jakarta, Rabu (24/2), mengemukakan, kebangkitan industri perikanan nasional terancam jika PPN atas produk perikanan sebesar 10 persen diberlakukan.

Jatilap (Trammel Net)

Jatilap merupakan singkatan dari Jaring Tiga Lapis. Ini adalah salah satu nama Indonesia dari Trammel Net. Jaring ini juga dikenal dengan berbagai nama daerah seperti jaring gondrong, jaring tilek dan jaring kantong.

Seperti namanya, jaring ini terdiri dari tiga lapis, yaitu dimana dua lapis di luar (outer net) yang mempunyai mata jaring lebih besar mengapit satu lapis lembaran jaring yang ditengah (inner net) mempunyai mata jaring lebih kecil dan dipasang agak renggang. Dilihat dari cara tertangkapnya ikan, trammel net dapat digolongkan ke dalam jaring insang (Gill Net), karena ikan tertangkap di bagian insang dengan posisi terbelit atau terjerat pada jaring. Menurut jenis bahan jaring yang digunakan, trammel net di perairan Indonesia dibedakan kedalam tiga jenis yaitu jaring tiga lapis monofilamen, multi filamen, serta kombinasi keduanya.

Rabu, 24 Februari 2010

Produksi Perikanan Ambon Naik Drastis

Rabu, 24 Februari 2010 | 03:44 WIB

AMBON, KOMPAS - Produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon di Maluku tahun 2009 meningkat drastis dibandingkan tahun 2008. Sebaliknya, penurunan produksi terjadi di PPN Tual, Maluku Tenggara. Padahal, jarak dari kawasan tangkapan ikan di Laut Arafura ke PPN Tual lebih dekat daripada ke PPN Ambon.

Berdasarkan data PPN Ambon, Selasa (23/2), produksi ikan tahun 2009 tercatat 23.825.886 kilogram atau meningkat 189,21 persen dibandingkan tahun 2008 yang sebanyak 8.214.500 kilogram.

Di PPN Tual, menurut Kepala PPN Tual Joko Supraptomo, produksi ikan tahun 2009 tercatat 33.000 ton, menurun 45.000 ton dibandingkan tahun 2008. Produksi ikan tahun 2008 juga menurun dibandingkan tahun 2007 yang mencapai 145.000 ton.

Selasa, 23 Februari 2010

Hiu Tutul ke Probolinggo Tiap Tahun

Warga menonton Hiu Tutul (Rhincodon typus) dengan panjang hampir tujuh meter dan berat sekitar dua ton di kampung nelayan Tambak Wedi, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (3/10). Saat ditemukan oleh nelayan di perairan Selat Madura hiu tersebut sudah mati. Oleh para nelayan hiu tersebut dipertontonkan dengan menarik ongkos Rp 2.000 per orang. KOMPAS/RADITYA HELABUMI


Rabu, 10 Februari 2010 | 08:58 WIB


PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Setiap tahun, sejumlah hiu tutul atau Rhincodon typus tampak di perairan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Fenomena ini menarik karena kemunculan satwa laut yang langka itu selalu terjadi selama Januari-Maret.Tahun ini, sejumlah hiu tutul tampak berenang sampai ke permukaan air di perairan laut Kabupaten Probolinggo. Para nelayan acap kali melihatnya.

Ecocean, organisasi nirlaba yang fokus pada penelitian dan kampanye penyelamatan hiu tutul (whale shark), tertarik mendokumentasikan fenomena ini. Organisasi yang berkantor pusat di Perth, Australia, tersebut mengirim seorang peneliti guna mendokumentasikan dan meneliti hiu tutul sejak Rabu (9/2).

Nelayan Tradisional Kian Tersisih

Senin, 22 Februari 2010 | 03:35 WIB

AMBON, KOMPAS - Nelayan tradisional di Ambon, Maluku, yang menggunakan alat tangkap ikan huhate, semacam alat pancing, kian tersisih. Mereka kalah bersaing dengan nelayan yang menggunakan jaring.

Peter (41), salah seorang nelayan tradisional di Galala, Ambon, Minggu (21/2), mengatakan, nelayan dengan alat tangkap jaring kebanyakan nelayan asing yang berasal dari Filipina. Mereka kerap beroperasi di perairan tempat nelayan tradisional Ambon biasa mencari ikan, misalnya di perairan Seram, Buru, Bitung, dan Banda.

Senin, 22 Februari 2010

Si Kecil yang kaya nutrisi

Kecil, imut dan rasanya bikin ketagihan! Ikan Teri, ya…siapa yang tak kenal ikan kecil yang satu ini. Saya yakin banyak orang yang sudah mengenalnya, mulai dari anak TK hingga Kakek-kakek. Bahkan ikan ini juga dikonsumsi oleh berbagai kalangan ekonomi, mulai dari pemulung sampai Bos berdasi. Walaupun kecil, ikan ini punya nutrisi yang tinggi lho…! Yuk, kita ulas tentang Si Kecil ini…

Rabu, 17 Februari 2010

Nelayan, Selalu Hidup dalam Paceklik

Rabu, 17 Februari 2010 | 02:59 WIB

Oleh BM Lukita Grahadyarini

Badan Pusat Statistik awal Februari ini merilis adanya inflasi harga ikan segar pada Desember 2009-Januari 2010. Kenaikan harga ikan itu sudah diprediksi. Sebagian besar nelayan di Tanah Air sejak akhir 2009 tak bisa melaut akibat gangguan cuaca buruk dan gelombang tinggi perairan.

Inflasi harga ikan segar selama dua bulan terakhir meningkat dari 0,03 persen pada Desember 2009 menjadi 0,07 persen pada Januari 2010. Inflasi itu dipicu oleh meningkatnya harga jual ikan segar di dalam negeri.

Kenaikan harga ikan terasa wajar di tengah seretnya hasil tangkapan ikan nelayan. Sementara itu, produksi perikanan budidaya belum dapat diandalkan untuk mencukupi kebutuhan ikan segar di masyarakat.

Sabtu, 13 Februari 2010

Perenang Cepat dari Laut Sulawesi

Mungkin Anda tidak pernah tahu, bahwa Indonesia juga memiliki perenang cepat! Ia bernama Cakalang atau nama ilmiahnya Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758). Ikan ini merupakan salah satu kekayaan laut yang tersimpan di perairan Indonesia. Umumnya, ikan ini senang berada di perairan yang hangat. Ikan ini banyak dijumpai di perairan Indonesia bagian Tengah, seperti: Laut Banda, Laut Sulawesi, Laut Timor dan juga sepanjang selatan Pulau Jawa hingga Laut Hindia.

Kamis, 11 Februari 2010

Si Ramping yang bernilai: Layur (Trichiurus lepturus)


Layur (Trichiurus lepturus) merupakan salah satu jenis ikan hasil tangkapan para Nelayan Indonesia. Barangkali, nama ikan jenis ini tidak begitu familiar di telinga anda. Begitu pula dengan bentuk dan rasa ikan ini.

Layur banyak terdapat di perairan Indonesia, barangkali tersebar luas di hampir seluruh wilayah Kepulauan Indonesia. Hampir di setiap Pelabuhan Perikanan yang memiliki Tempat Pelelangan Ikan kita akan dapat dengan mudah mendapati ikan Layur ini diperjualbelikan oleh para Nelayan yang baru saja bongkar muatan.

Rabu, 10 Februari 2010

Harga Patin Jatuh, 2.000 Kolam Patin Kosong

Rabu, 10 Februari 2010 | 03:02 WIB

Muaro Jambi, Kompas - Gara-gara harga ikan patin jatuh dalam beberapa tahun terakhir, 2.000 kolam ikan patin di sentra perikanan Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, kosong sejak hampir dua tahun terakhir. Kolam-kolam itu kini dipenuhi semak belukar dan sebagian lagi diganti dengan tanaman sawit.

Selamat Datang....

Hi Rekan - rekan semua,

Blog ini dibuat untuk memuat segala informasi tentang Perikanan dan Kelautan Indonesia. Dunia Perikanan dan Kelautan memang sedikit terpinggirkan, dan agak dipandang sebelah mata. Sejatinya, dunia inilah yang menjadi salah satu kekuatan dan komoditas terbesar bangsa kita.

Oleh karenanya, sebagai salah seorang anak bangsa yang cinta akan Perikanan dan Kelautan, saya akan sedikit berkontribusi untuk memajukannya. Melalui blog ini, diharapkan berbagai informasi maupun pengetahuan, serta berbagai terobosan baru di Dunia Perikanan dan Kelautan akan muncul kembali.

Segala kritik, saran dan masukan dari rekan-rekan Pembaca merupakan harta yang paling berharga demi kemajuan blog ini. Selamat membaca!

Jayalah laut kita!